PEMROSESAN INFORMASI
Prinsip Belajar
Teori pemrosesan informasi
membahas langkah-langkah dasar yang diambil individu untuk memperoleh,
menyandikan, dan mengingat informasi. Teori ini berbeda dengan teori lain
(seperti pengkondisian berpenguat Skinner, kondisi belajar Gagné) dalam dua
hal. Pertama, pemrosesan informasi bukan konseptualisasi dari
seorang teorisi saja.karenanya ada banyak macam deskripsi tentang cara memori
jangka panjang menyimpan informasi. Kedua, karena dasar dari teori
ini adalah pemrosesan informasi dan bukan belajar, teori ini tidak dapat
memsfesifikasi hasil belajar. studi kognisi dasar yang berbeda menilai
aktivitas yang berbeda, dari mempelajari kosakata baru sampai belajar cara
meringkas informasi. Meskipun demikian, periset yang mengadopsi perspektif
kognitif sama-sama berasumsi bahwa individu banyak mengubah informasi yang
diterima indera mereka dari lingkungan menjadi sandi memori yang disimpan untuk
penggunaan di waktu yang akan datang. Komponen esensial dari belajar adalah
pengorganisasian informasi yang akan dipelajari, pengetahuan sebelumnya yang
sudah dikuasai pemelajar, dan proses yang melibatkan pemahaman, pengertian,
serta menyimpan dan mengambil kembali informasi.
Asumsi dasar dari pemrosesan informasi adalah: (a) memori manusia aktif
terlibat dalam konstruksi pengetahuan, dan (b) pengetahuan sebelumnya yang
dimiliki pemelajar berperan penting dalam belajar. Memori manusia adalah sistem
kompleks yang mencari data inderawi, mengubah data menjadi informasi bermakna,
dan menyimpan informasi itu dalam memori jangka panjang. Tiga konseptualisasi
hakekat meori adalah konsep keadaan (informasi bersifat aktif atau tidak
aktif), konsep sistem memori (memori episodik, semantik, dan sistem
prosuderal), dan tingkat pemrosesan (analisi sensoris, pengenalan pola, dan
asosiasi semantik).
Perspektif yang membahas oprasi sistem ini adalah konsep jaringan koneksionis,
model multitahap, dan konsep ruang kerja global. Jaringan koneksionis mendekati
jaringan neural di otak. Memori terdiri dari jaringan koneksi yang
berinteraksi, yang terdiri dari elemen-elemen atau unit-unit dan kaitan yang
disebut beban koneksi. Belajar melibatkan pemodifikasian beban koneksi diantara
unit tertentu untuk menghasilkan pola keluaran. Model multitahap, sebaliknya,
mengidentifikasi struktur yang mencerminkan tahapan yang ada di dalam
pemrosesan informasi dan proses yang terkait. Strukturnya terdiri atas pencatat
sensori, penyimpanan jangka pendek, memori kerja, dan memori jangka panjang.
Riset tentang otak mengidikasikan bahwa sistem memori tidak terbagi dalam
“kotak” yang terpisah. Meski demikian, tahapan dan proses yang terkait berguna
untuk pembelajaran.
Komponen Belajar
Komponen esensial pemrosesan informasi yang dapat diaplikasikan untuk belajar
adalah belajar komponen dan proses persepsi, pengkodean, pengambilan informasi
dari memori jangka panjang ketika diperlukan. Kerangka belajar terdiri dari:
(a) pengetahuan sebelumnya yang dimiliki pemelajar, baik itu tersembunyi
ataupun konseptual (isi pengetahuan dan diskursus), dan (b) sifat dan penataan
dari informasi yang akan dipelajari. Pengetahuan pemelajar berfungsi sebagai
kerangka untuk mengidentifikasi informasi yang datang dan memengaruhi inferensi
pemelajar tentang informasi baru itu. Pengetahuan ekstensif juga dapat (a)
memperkuat kapasistas memori kerja untuk mengodekan informasi dalam kelompok
belajar, dan (b) menaikkan kecepatan pemrosesan.
Dua pengorganisasian materi
yang akan dipelajari secara formal adalah presentasi guru dan pemberian teks.
Tetapi banyak buku ajar (textbook) sulit dibaca dan sering memuat
informasi yang tidak relevan. Beberapa teks menggunakan perincian yang tidak
relevan yang dapat mengalihkan perhatian siswa dari informasi yang penting.
Persepsi sebagai langkah
pertama memahami informasi, memilih dan mengenali informasi yang datang. Aspek
esensial dalam proses ini adalah pengetahuan dan perhatian pemelajar. Perhatian
berfungsi sebagai manajer garda depan, dengan memilih informasi yang akan
diproses lebih lanjut, dan pengetahuan sebelumnya membantu mengindentifikasi
informasi yang datang. Pengkodean, yang mempersiapkan informasi terpilih untuk
disimpan di memori jangka panjang dan pengingatan kembali, terdiri dari dua
tipe strategi. Latihan untuk pemeliharaan, pembacaan informasi berulang-ulang,
hanya efektif untuk mengingat dalam jangka pendek. Latihan elaboratif, yang
mengubah informasi dan menciptakan hubungan dengan pengetahuan sebelumnya,
adalah strategi pengkodean yang efektif. Contohnya adalah alat mnemonic untuk
fakta dan mengkonstruksi hubungan yang bermakna antar konsep atau gagasan baru
dan antara konsep baru dengan pengetahuan sebelumnya dari pemelajar.
Prinsip Pembelajaran
Pemrosesan informasi merupakan perpektif khusus dalam meraih ranah psikologi
kognitif yang lebih luas. Pembelajaran dapat dirancang untuk memfasilitasi
setiap proses yang diidentifikasi oleh teori pemrosesan informasi.
Asumsi dasar dari pemrosesan informasi mendeskripsikan sifat dari sistem memori
manusia dan representasi pengetahuan dalam memori. Aplikasinya dikelas
didasarkan pada asumsi bahwa memori manusia adalah sistem aktif yang memilih,
mengorganisasikan dan mengodekan untuk penyimpanan informasi baru atau
keterampilan yang akan dipelajari. Tujuan penting di kelas adalah mengembangkan
dalam diri pemelajar kekayaan pengetahuan yang disimpan dan strategi efektif
untuk memahami dan menguasai informasi dalam ranah yang berbeda-beda.
Komponen utama dalam pembelajaran dari perspektif pemrosesan informasi adalah
memperkaya pengetahuan yang dimiliki pemelajar, mengorganisasikan materi yang
akan dipelajari, memfasilitasi perhatian pemelajar, mengkodekan dan mengkonstruksi
makna, dan mengajari siswa strategi untuk memperkaya pemahaman mereka atas teks
dan presentasi oral.
Baik itu pengetahuan diskursus maupun pengetahuan ranah siswa merupakan hal
penting dalam memahami materi teks dan presentasi guru. Guru dapat memebantu
sisiwa dalam mengembangkan pengetahuan struktur teks dengan mengajari mereka
untuk mengenali tanda-tanda seperti kalimat pendahuluan, pokok pikiran
paragraf, dan kata-kata petunjuk. Bagi siswa dengan pengetahuan latar belakang
yang lemah, atau untuk teks yang ditulis dengan buruk, diskusi kelompok kecil
dan kelas dapat membantu mengembangkan beberapa hal yang terlewati.
Yang esensial dalam perencanaan pembelajaran adalah fakta bahwa siswa hanya
merespon pada pembelajaran yang dapat dia pahami secara aktif. Karena itu,
pembelajaran harus memfokuskan perhatian pemelajar pada tugas-tugas penting dan
secara informal menilai persepsi pemelajar. Salah satu pendekatan adalah
mengimplementasikan aktivitas pra- pengajaran yang mengaktifkan pengetahuan
sebelumnya dan/atau menghubungkan pengetahuan sebelumnya dengan konsep utama.
Pendekatan lain adalah menggunakan advance organizer. Ini mencakup
konsep inklusif yang berfungsi sebagai penghubung antar simpanan informasi
siswa dan belajar baru; mereka berfungsi sebagai kerangka konseptual dan juga
memfasilitasi pengkodean. Strategi lainnya adalah mengajari siswa untuk
menemukan informasi penting dalam teks dan materi lainnya.
Metode untuk mengodekan informasi khusus seperti kosakata, tanggal, fakta
antara lain adalah tes pendahuluan dan berbagai teknikmnemonic.
Contohnya adalah rima, akronim, ucapan, dan petunjuk yang dibuat sendiri oleh
pemelajar, seperti metode kata kunci. Dua elemen dalam mnemonic kata
kunci adalah hubungan akustik dengan yang akan dipelajari, dan citra hubungan
dari akustik yang berinteraksi dengan semantic yang berkaitan dengan kata baru.
Strategi berbasis pencitraan juga dapat membantu siswa yang memiliki
ketidakmampuan belajar untuk mengingat dan belajar.
Dua strategi untuk mengkonstruksi makna dalam informasi yang kompleks adalah
meringkas dan pertanyaan diri. Salah satu strategi meringkas adalah mengubah
suatu topic kedalam satu kalimat yang merefleksikan gagasan utama dan
menghubungkan subtopic dan gagasan yang terkait secara bersama-sama. Pertanyaan
diri dapat berguna untuk informasi fakta dan tipe informasi lainnya. Dalam
menggunakan pertanyaan “mengapa”, tujuannya adalah mengaktifkan pengetahuan
sebelumnya dari siswa yang berkaitan dengan fakta baru. Pertanyaan diri untuk
menghasilkan makan dalam satu bagian teks harus menggunakan pertanyaan aplikasi
di mana pemelajar menciptakan contoh baru, menjelaskan bagaimana konsep utama
itu dipakai, dan mengidentifikasi hubungan antar-ide utama. Strategi pengajaran
untuk mengembangkan makna dari teks dan presentasi membutuhkan pendemonstrasian
manfaat strategi itu, mendeskripsikan dan memberi contoh strategi, dan
memberikan latihan dengan bimbingan guru dengan memberi pujian dan tanggapan
korektif.
Gredler, Margaret E. (2011). Learning
and Instructional: Teori dan Aplikasi. Jakarta: Kencana.
Teori Pemrosesan
Informasi
Asumsi yang mendasari
teori ini adalah bahwa pembelajaran merupakan faktor yang sangat penting dalam
perkembangan. Perkembangan merupakan hasil kumulatif dari pembelajaran.
Berdasarkan
temuan riset linguistik, psikologi, antropologi
dan ilmu komputer, dikembangkan model
berpikir. Pusat kajiannya pada proses
belajar dan menggambarkan cara individu memanipulasi
simbol dan memproses informasi. Model belajar
pemrosesan informasi Anita E. Woolfolk (Parkay & Stanford,
1992) disajikan melalui skema yang dikutip berikut ini.
Gambar 1. Skema pemrosesan
informasi
Model belajar pemrosesan
informasi ini sering pula disebut model kognitif information processing,
karena dalam proses belajar ini tersedia tiga taraf
struktural sistem informasi, yaitu:
1) Sensory
atau intake register: informasi
masuk ke sistem melalui sensory register,
tetapi hanya disimpan untuk periode waktu
terbatas. Agar tetap dalam sistem, informasi
masuk ke working memory yang digabungkan dengan
informasi di long-term memory.
2) Working memory:
pengerjaan atau operasi informasi berlangsung di working memory,
dan di sini berlangsung berpikir yang
sadar. Kelemahan working memory sangat terbatas
kapasitas isinya dan memperhatikan sejumlah kecil informasi
secara serempak.
3) Long-term memory,
yang secara potensial tidak terbatas
kapasitas isinya sehingga mampu menampung seluruh informasi yang
sudah dimiliki peserta didik. Kelemahannya adalah
betapa sulit mengakses informasi yang tersimpan di
dalamnya.
Diasumsikan, ketika individu
belajar, di dalam dirinya berlangsung proses
kendali atau pemantau bekerjanya sistem yang berupa prosedur
strategi mengingat, untuk menyimpan informasi ke
dalam long-term memory (materi
memory atau ingatan) dan strategi umum pemecahan masalah (materi
kreativitas).
Pengetahuan yang
diproses dan dimaknai dalam memori kerja disimpan dalam memori jangka panjang
dalam bentuk skema-skema teratur secara hirarkis. Tahap pemahaman dalam
pemrosesan informasi dalam memori kerja berfokus pada bagaimana
pengetahuan baru dimodifikasi. Pemahaman berkenaan dan dipengaruhi oleh
interpretasi terhadap stimulus. Faktor stimulus adalah karakteristik dari
elemen-elemen desain pesan seperti ukuran, ilustrasi, teks, animasi, narasi,
warna, musik, serta video. Studi tentang bagaimana informasi
diidentifikasi, diproses, dimaknai, dan ditransfer dalam dan dari memori kerja
untuk disimpan dalam memori jangka panjang mengisyaratkan bahwa pendesainan
pesan merupakan salah satu topik utama dalam pendesainan multimedia
instruksional. Dalam konteks ini, desain pesan multimedia berkenaan dengan
penyeleksian, pengorganisasian, pengintegrasian elemen-elemen pesan untuk
menyampaikan sesuatu informasi. Penyampaian informasi bermultimedia yang
berhasil akan bergantung pada pengertian akan makna yang dilekatkan pada
stimulus elemen-elemen pesan tersebut. Proses penyeleksian, pengorganisasian,
serta pengintegrasian elemen-elemen informasi tersebut disajikan oleh Gambar 2.
Dalam mengartikan
penyampaian informasi dengan multimedia perlu dibedakan apa yang disebut dengan
media pengantar, desain pesan, serta kemampuan sensorik. Media pengantar
mengacu pada sistem yang dipakai untuk menyajikan informasi, misalnya media
berbasiskan media cetakan atau media berbasiskan komputer. Desain pesan mengacu
pada bentuk yang digunakan untuk menyajikan informasi, misalnya pemakaian
animasi atau teks audio. Kemampuan sensorik mengacu pada jalur pemrosesan
informasi yang dipakai untuk memproses informasi yang diperoleh, seperti proses
penerimaan informasi visual atau auditorial. Sebagai contoh, suatu paparan
tentang bagaimana sistem sesuatu alat bekerja dapat dipresentasikan melalui
teks tertulis dalam buku atau melalui teks di layar komputer (dua media yang
berbeda), dalam bentuk rangkaian kata-kata atau kombinasi kata-kata dan gambar
(dua desain pesan yang berbeda), atau dalam bentuk kata-kata tertulis atau
lisan (dua sensorik yang berbeda). Sebenarnya istilah desan pesan mengacu pada
proses manipulasi, atau rencana manipulasi dari sebuah pola tanda yang memungkinkan
untuk mengkondisi pemerolehan informasi. Penelitian telah menemukan
bukti bahwa desain pesan yang berbeda pada multimedia instruksional
mempengaruhi kualitas performansi (Pranata, 2004). Beberapa teori yang
melandasi perancangan desain pesan multimedia instruksional ialah
teori pengkodean ganda, teori muatan kognitif, dan teori pemrosesan
ganda. Menurut teori pengkodean ganda manusia memiliki sistem memori kerja yang
terpisah untuk informasi verbal dan informasi visual, memori kerja terdiri atas
memori kerja visual dan memori kerja auditori. Teori muatan kognitif
menyatakan bahwa setiap memori kerja memiliki kapasitas yang terbatas.
Sedangkan teori pemrosesan ganda menyatakan bahwa penyampaian informasi lewat
multimedia instruksional baru bermakna jika informasi yang diterima diseleksi
pada setiap penyimpanan, diorganisasikan ke dalam representasi yang
berhubungan, serta dikoneksikan dalam tiap penyimpanan (periksa Gambar 2).
Temuan-temuan penelitian (Pranata, 2004) telah menguji kebenaran teori pengkodean
ganda (dual-coding theory): terdapat dua buah saluran pemrosesan informasi yang
independent yaitu pemrosesan informasi visual (atau memori kerja visual) dan
pemrosesan informasi verbal (atau memori kerja verbal); kedua memori kerja
tersebut memiliki kapasitas yang terbatas untuk memroses informasi yang masuk.
Hal terpenting yang dinyatakan oleh teori muatan kognitif adalah sebuah gagasan
bahwa kemampuan terbatas memori kerja, visual maupun auditori, seharusnya
menjadi pokok pikiran ketika seseorang hendak mendesain sesuatu pesan
multimedia.
Teori belajar yang
oleh Gagne (1988) disebut dengan ‘Information Processing Learning
Theory’. Teori ini merupakan gambaran atau model dari kegiatan di dalam
otak manusia di saat memroses suatu informasi. Karenanya teori belajar tadi
disebut juga ‘Information-Processing Model’ oleh Lefrancois atau ‘Model
Pemrosesan Informasi’. Menurut Gagne bahwa dalam pembelajaran terjadi proses
penerimaan informasi, untuk kemudian diolah sehingga menghasilkan keluaran
dalam bentuk hasil belajar. Dalam pemrosesan informasi terjadi adanya interaksi
antara kondisi-kondisi internal dan kondisi-kondisi eksternal individu. Kondisi
internal yaitu keadaan dalam diri individu yang diperlukan untuk mencapai hasil
belajar dan proses kognitif yang terjadi dalam individu. Sedangkan kondisi
eksternal adalah rangsangan dari lingkungan yang mempengaruhi individu dalam
proses pembelajaran.
Menurut Gagne tahapan
proses pembelajaran meliputi delapan fase yaitu,
(1) motivasi;
(2) pemahaman;
(3) pemerolehan;
(4) penyimpanan;
(5) ingatan kembali;
(6) generalisasi;
(7) perlakuan;
(8) umpan balik.
Beberapa model telah
dikembangkan di antaranya oleh Gagne (1984), Gage dan Berliner (1988) serta
Lefrancois, yang terdiri atas tiga macam ingatan yaitu: sensory memory atau
Ingatan Inderawi (II), Ingatan Jangka Pendek (IJPd) atau short-term/working
memory, Ingatan Jangka Panjang (IJPj) atau long-term memory. Berdasar ketiga
model tersebut dapat dikembangkan diagram pemrosesan informasi berikut ini:
INGATAN JANGKA PANJANG (IJPj)
Ingatan Inderawi (II)
Sebagaimana terlihat
pada diagram di atas, suatu masukan/informasi yang terdapat pada stimulus atau
rangsangan dari luar akan diterima manusia melalui panca inderanya. Informasi
tersebut menurut Lefrancois akan tersimpan di dalam ingatan selama tidak lebih
dari satu detik saja. Ingatan tersebut akan hilang lagi tanpa disadari dan akan
diganti dengan informasi lainnya. Ingatan sekilas atau sekelebat yang didapat
melalui panca indera ini biasanya disebut ’sensory memory’ atau ‘ingatan
inderawi’. Berdasar pada apa yang dipaparkan di atas, dapatlah disimpulkan
bahwa, seperti yang telah sering dialami para guru dan telah dinyatakan dua
orang siswa di bagian awal tulisan ini, pesan atau keterangan yang disampaikan
seorang guru dapat hilang seluruhnya dari ingatan para siswa jika pesan atau
keterangan tersebut terkategori sebagai ingatan inderawi. Alasanya, seperti
sudah dipaparkan tadi, Ingatan Inderawi hanya dapat bertahan di dalam pikiran
manusia selama tidak lebih dari satu detik saja. Pertanyaan penting yang dapat
dimunculkan adalah: Bagaimana caranya agar informasi atau keterangan seorang
guru tidak akan hilang begitu saja dari ingatan siswa?
Ingatan Jangka Pendek (IJPd)
Suatu informasi baru
yang mendapat perhatian siswa, tentunya akan berbeda dari informasi yang tidak
mendapatkan perhatian dari mereka. Suatu informasi baru yang mendapat perhatian
seorang siswa lalu terkategori sebagai IJPd sebagaimana dinyatakan Gage dan
Berliner (1988, p.285) berikut: “When we pay attention to a stimulus, the
informations represented by that stimulus goes into short-term memory or
working memory.” Jelaslah bahwa IJPd adalah setiap Ingatan Inderawi yang
stimulusnya mendapat perhatian dari seseorang. Dengan kata lain, IJPd tidak
akan terbentuk di dalam otak siswa tanpa adanya perhatian dari siswa terhadap
informasi tersebut. IJPd ini menurut Lefrancois dapat bertahan relatif jauh
lebih lama lagi, yaitu sekitar 20 detik. Sebagai akibatnya, pengetahuan tentang
perbedaan antara kedua ingatan ini lalu menjadi sangat penting untuk diketahui
para guru dan diharapkan akan dapat dimanfaatkan selama proses pembelajaran di
kelasnya. Sekali lagi, perhatian para siswa terhadap informasi atau masukan
dari para guru akan sangat menentukan diterima tidaknya suatu informasi yang
disampaikan para guru tersebut. Karenanya, untuk menarik perhatian para siswa
terhadap bahan yang disajikan, di samping selalu memotivasi siswanya, seorang
guru pada saat yang tepat sudah seharusnya mengucapkan kalimat seperti:
“Anak-anak, bagian ini sangat penting.” Tidak hanya itu, aksi diam
seorang guru ketika siswanya ribut, mencatat hal dan contoh penting di papan
tulis, memberi kotak ataupun garis bawah dengan kapur warna untuk materi
essensial, menyesuaikan intonasi suara dengan materi, memukul rotan ke meja,
sampai menjewer telinga merupakan usaha-usaha yang patut dihargai dari seorang
guru selama proses pembelajaran untuk menarik perhatian siswanya. Namun hal
yang lebih penting lagi adalah bagaimana menumbuhkan kemauan dan motivasi dari
dalam diri siswa sendiri, sehingga para siswa akan mau belajar dan
memperhatikan para gurunya selama proses pembelajaran sedang berlangsung.
Ingatan Jangka Panjang (IJPj)
Mengapa Ibukota
Indonesia jauh lebih mudah diingat daripada Ibukota Negeria? Untuk menjawabnya,
perlu disadari adanya suatu kenyataan bahwa Jakarta jauh lebih sering disebut
dan didengar namanya daripada Lagos; misalnya dari buku, pembicaraan, televisi,
ataupun koran. Karenanya, Jakarta sebagai Ibukota Indonesia kemungkinan besar
sudah tersimpan di dalam IJPj. Informasi yang sudah tersimpan di dalam IJPj ini
sulit untuk hilang, sehingga Jakarta dapat diingat dengan mudah. Jelaslah bahwa
IJPj adalah IJPD yang mendapat pengulangan. Kata lainnya IJPj tidak akan terbentuk
tanpa adanya pengulangan. Dapatlah disimpulkan sekarang bahwa pengulangan
merupakan kata kunci dalam proses pembelajaran. Karenanya, latihan selama di
kelas atau di rumah merupakan kata kunci yang akan sangat menentukan
keberhasilan atau ketidak berhasilan suatu pengetahuan yang diingat dalam
jangka waktu yang lama. Itulah sebabnya, ada guru berpengalaman yang menyatakan
kepada siswanya bahwa akan jauh lebih baik untuk belajar 6 × 10 menit daripada
1 × 60 menit. Selain pengulangan atau latihan, beberapa hal penting yang harus
diperhatikan Bapak dan Ibu Guru agar suatu pengetahuan dapat diingat siswa
dengan mudah adalah:
1. Sesuatu yang
sudah dipahami akan lebih mudah diingat siswa daripada sesuatu yang tidak
dipahaminya. Contohnya, proses untuk mengingat bilangan 17.081.945 akan jauh
lebih mudah daripada proses mengingat bilangan 51.408.791 karena bilangan
pertama sudah dikenal para siswa, apalagi jika dikaitkan dengan hari
kemerdekaan RI pada 17 Agustus 1945 yang dapat ditulis menjadi 17–08–1945.
2. Hal-hal yang
sudah terorganisir dengan baik akan jauh lebih mudah diingat siswa daripada
hal-hal yang belum terorganisir. Contohnya, mengingat susunan bilangan 4, 49,
1, 16, 9, 36, dan 25 akan jauh lebih sulit daripada mengingat bilangan berikut
yang sudah terorganisir dengan baik: 1, 4, 9, 16, 25, 36, dan 49.
3. Sesuatu yang
menarik perhatian siswa akan lebih mudah diingat daripada sesuatu yang tidak
menarik hatinya. Acara televisi yang menarik perhatian para siswa akan
memungkinkan para siswa untuk duduk berjam-jam di depan TV dan jalan
ceriteranya akan mampu mereka ingat dengan mudah. Namun hal yang sebaliknya
akan terjadi juga, yaitu suatu proses pembelajaran yang tidak menarik perhatian
mereka dapat menjadi beban bagi siswa dan tentunya juga bagi para guru.
Konsep Teori Belajar Pemrosesan Informasi
Teori belajar pemrosesan informasi/ sibernetik merupakan
teori belajar yang relatif baru dibandingkan teori-teori belajar lainnya.
Menurut teori sibernetik, "belajar" adalahpemrosesan informasi. Teori ini lebih mementingkan sistem informasi dari pesan atau
materi yang dipelajari. Bagaimana proses belajar berlangsung, sangat ditentukan
oleh sistem informasi dari pesan tersebut. Oleh sebab itu, teori sibernetik
berasumsi bahwa tidak ada satu jenispun cara belajar yang ideal untuk segala
situasi. Sebab cara belajar sangat ditentukan oleh sistem informasi.
Asumsi teori belajar sibernetik (Lusiana, 1992):
1.
Antara stimulus dan respon terdapat suatu seri tahapan
pemrosesan informasi di mana pada masing-masing tahapan dibutuhkan sejumlah
waktu tertentu.
2.
Stimulus yang diproses melalui tahapan-tahapan tadi akan
mengalami perubahan bentuk atau pun isinya.
3.
Salah satu dari tahapan mempunyai kapasitas terbatas.
Sekilas, teori ini mempunyai kesamaan dengan
teori kognitif yang mementingkan proses. Proses memang penting dalam teori
sibernetik, namun yang lebih penting lagi adalah sistem informasi yang
diproses. Informasi inilah yang akan menentukan proses. Asumsi lain dari teori
pemrosesan ini adalah bahwa tidak ada satu proses belajar pun yang
ideal untuk segala situasi, dan cocok untuk semua siswa. Oleh karena itu,
sebuah informasi mungkin akan dipelajari oleh seorang siswa dengan satu macam
proses belajar, dan informasi yang sama itu mungkin akan dipelajari siswa lain
melalui proses belajar yang berbeda.
Pemrosesan informasi menurut Pressley,
(1990):
Pertama-tama, manusia menangkap informasi dari
lingkungan melalui organ-organ sensorisnya (mata, telinga, hidung, dan
sebagainya). Beberapa informasi disaring (diabaikan) pada tingkat sensoris,
kemudian sisanya dimasukkan ke dalam ingatan jangka pendek (kesadaran). Ingatan
jangka pendek mempunyai kapasitas pemeliharaan informasi yang terbatas sehingga
kandungannya harus diproses sedemikian rupa (misalnya dengan pengulangan atau
pelatihan), jika tidak akan lenyap dengan cepat. Bila diproses, informasi dari
ingatan jangka pendek (short-term memory) dapat ditransfer ke dalam
ingatan jangka panjang (long-term memory). Ingatan jangka panjang (long-term
memory) merupakan hal penting dalam proses belajar. Menurut Anderson (dalam
Pressley, 1990), tempat penyimpanan jangka panjang mengandung informasi faktual
(disebut pengetahuan deklaratif) dan informasi mengenai bagaimana cara
mengerjakan sesuatu (disebut pengetahuan prosedural).
Komponen pemrosesan informasi dipilah
berdasarkan perbedaan fungsi, kapasitas, bentuk informasi, serta proses
terjadinya. Komponen tersebut adalah:
1. Sensory Receptor (SR)
Sensory Receptor (SR) merupakan sel tempat pertama
kali informasi diterima dari luar. Di dalam SR informasi ditangkap dalam bentuk
aslinya, bertahan dalam waktu sangat singkat, dan informasi tadi mudah
terganggu atau berganti.
2. Working Memory (WM)
Working Memory (WM) diasumsikan mampu menangkap
informasi yang diberi perhatian oleh individu. Karakteristik WM adalah memiliki
kapasitas terbatas (informasi hanya mampu bertahan kurang lebih 15 detik tanpa
pengulangan) dan informasi dapat disandi dalam bentuk yang berbeda dari
stimulus aslinya. Artinya agar informasi dapat bertahan dalam WM, upayakan
jumlah informasi tidak melebihi kapasitas disamping melakukan pengulangan.
3. Long Term Memory (LTM)
Long
Term Memory (LTM) diasumsikan:
a)
berisi semua pengetahuan yan telah dimiliki individu,
b) mempunyai
kapasitas tidak terbatas,
c)
sekali informasi disimpan di dalam LTM ia tidak akan pernah terhapus atau
hilang.
Proses pengolahan informasi dalam ingatan
dimulai dari proses penyandian informasi (encoding), diikuti dengan
penyimpanan informasi (storage), dan diakhiri dengan mengungkapkan
kembali informasi-informasi yang telah disimpan dalam ingatan (retrieval).
Ingatan terdiri dari struktur informasi yang terorganisasi dan proses
penelusuran bergerak secara hirarkhis, dari informasi yang paling umum dan
inklusif ke informasi yang paling umum dan rinci, sampai informasi yang
diinginkan diperoleh.
B. Penerapan Teori Belajar Pemrosesan Informasi dalam Desain
Pesan Pembelajaran
Teori belajar pemrosesan informasi termasuk
dalam lingkup teori kognitif yang mengemukakan bahwa belajar adalah proses
internal yang tidak dapat diamati secara langsung dan kemampuannya berubah pada
situasi tertentu. Desain pesan pembelajaran perlu adanya media untuk menyajikan
informasi. Kemampuan sensorik mengacu pada jalur pemrosesan informasi yang
dipakai untuk memproses informasi yang diperoleh, seperti proses penerimaan
informasi visual atau auditorial. Misalnya media audiovisual yang digunakan untuk
menyampaikan materi dirancang sebaik mungkin agar lebih mudah
dipahami oleh penerima informasi. Sebenarnya istilah desain pesan mengacu
pada proses manipulasi, atau rencana manipulasi dari sebuah pola tanda
yang memungkinkan untuk mengkondisi pemerolehan informasi.
Jadi, dalam penyampaian informasi lewat multimedia instruksional baru
akan bermakna jika informasi yang diterima diseleksi pada setiap
penyimpanan, diorganisasikan ke dalam representasi yang berhubungan, serta
dikoneksikan dalam tiap penyimpanan.
Tujuh rumpun
model pemrosesan informasi, yaitu:
1. Model berfikir induktif,
dirancang untuk pengembangan proses mental induktif dan penalaran akademik,
atau pembentukan teori.
2. Model latihan inkuiri, dirancang untuk menghadapi
penalaran kausal dan untuk lebih fasih dan tepat dalam mengajukan pertanyaan,
membentuk konsep dan hipotesis.
3. Inkuiri ilmiah, dirancang untuk mengajar
sistem penelitian dari suatu disiplin tetapi juga diharapkan untuk mempunyai
efek dalam kawasan-kawasan lain.
4. Pencapaian konsep, dirancang untuk
mengembangkan penalaran induktif, juga untuk perkembangan dan analisis konsep.
5. Model penata lanjutan, dirancang untuk meningkatkan
efisiensi kemampuan pemrosesan informasi untuk menyerap dan mengaitkan
bidang-bidang pengetahuan.
6. Memori, dirancang untuk
meningkatkan kemampuan mengingat.
7. Sinektik, dirancang untuk
perkembangan pribadi dalam kreativitas dan pemecahan masalah kreatif
Manfaat teori
pemrosesan informasi antara lain :
1.
Membantu terjadinya proses pembelajaran sehingga individu mampu
beradaptasi pada lingkungan yang selalu berubah
2.
Menjadikan strategi pembelajaran yang berorientasi pada proses
lebih menonjol
3.
Kapabilitas belajar dapat disajikan secara lengkap
4.
perbedaan individual terlayani
DAFTAR REFERENSI
Asri Budingsih. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: FIP UNY
_____________. 2003. Desain Pesan Pembelajaran. Yogyakarta: FIP
UNY
Agus Wedi. 2011. Diakses dari http://aguswedi.blogspot.com/2011/11/makalah-tugas-teori-sibernetik/,
pada tanggal 1 Maret 2012
Arjuna. 2011. Diakses dari
http://arjunabelajar.wordpress.com/2011/12/01/teori-pemrosesan-informasi-sibenrnetik/,
pada tanggal 1 Maret 2012
I Gede Wawan Sudhata. 2012. Diakses dari
http://www.undiksha.ac.id/e-learning/ staff/images/img_info/4/12-548.pdf, pada
tanggal 1 Maret 2012
Zulkifli. 2011, diakses dari
http://blogzulkifli.wordpress.com/2011/06/08/teori-pemrosesan-informasi/, pada
tanggal 1 Maret 2012
0 Response to "ASPEK KOGNITIF, AFEKTIF, DAN PSIKOMOTORIK Teori Gagne Skinner"
Posting Komentar